Blog
Tradisi Ucapan ‘Minal Aidin wal Faizin’ ibarat Ekor Kuda
- April 21, 2022
- Posted by: admin
- Category: News

Tradisi Ucapan ‘Minal Aidin wal Faizin’ ibarat Ekor Kuda, Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Dalam salah satu momentum Pesantren Kilat Darul Arqam (PKDA), siswa kelas III Singapura SD Muhammadiyah 2 GKB (Berlian School) Gresik dibikin bertanya-tanya untuk apa mereka dibagi menjadi lima kelompok kecil.
Setelah terbentuk kelompok, Anita Firlyando SPd meminta mereka menuliskan tahniah (ucapan selamat) pada secarik kertas, Senin (4/4/22). Firly—sapaan akrabnya—menyatakan, “Ustadzah ingin tahu bagaimana ucapan tahniah saat Lebaran atau Idul Fitri di keluarga kalian?”
Sebelum menyampaikan materi, dia ingin mengetahui sejauh mana pemahaman dan kebiasaan di keluarga para siswa. “Kalau ada tamu berkunjung ke rumah atau dengan keluarga mengunjungi keluarga lain, apa yang kalian ucapkan?” imbuhnya.
Masing-masing siswa pun menuliskan tahniah pada lembar kertas kelompoknya. Dari kertas itulah terungkap semuanya menuliskan, “Minal ‘aaidiin wal faaiziin.”
Tidak ada satu pun siswa yang menuliskan tahniah ala sahabat Nabi, “Taqabbaalallahu minna waminkum.”
Ucapan ala Sahabat Nabi
Temuan itu membuat Firly semangat menerangkan ‘Adab Sesama Muslim dan Ucapan saat Hari Raya’. Sebagai Muslim yang menganut tuntunan Nabi Muhammad SAW, kata Firly, perlu mengikuti bagaimana tradisi di kalangan sahabat Nabi.
“Yaitu mengucap tahniah ke sesama Muslim yang berhasil menyelesaikan puasa Ramadhan,” jelas dia.
Faktanya, sahabat Nabi tidak mengucap tahniah seperti yang mereka tuliskan pada kertas tadi. Melainkan mengucap kalimat yang kedua dengan arti, “Semoga Allah menerima amal ibadah Ramadhan kami dan kamu.”
Ada pula sahabat yang meneruskan tahniah-nya itu dengan ucapan sekaligus doa, “Taqabbal yaa kariim, wa ja’alanaallaahu wa iyyakum minal aidin wal faizin wal maqbuulin kullu ammin wa antum bi khair.”
Artinya, “Wahai Allah yang Maha Mulia, terimalah! Dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang serta diterima amal ibadahnya. Setiap tahun, semoga kamu senantiasa dalam kebaikan.”

Minal Aidin dan Ekor Kuda
Dari ucapan panjang itulah, lanjut Firly, bisa tahu asal-usul ucapan yang mereka tulis. Di mana itu hanya potongan kalimat yang meringkasnya kurang pas. Artinya hanya, “Termasuk orang-orang yang kembali dan menang.”
“Itu diibaratkan seperti ekor kuda. Sebenarnya ada bagian ‘kepala dan badannya’ yang harus diucapkan sebelum mengucapkan itu,” ungkap Firly.
“Awalannya sangat panjang! Tapi saat kita mau menyampaikan informasi tentang kuda, kita cuma membawa potongan ekor kuda dan menyampaikan itu adalah kuda, lucu ya,” tambahnya.
Dia menerangkan, itu bukan ucapan sempurna. “Lho kok tiba-tiba muncul ‘Termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang’? Pasti terikat dengan bacaan sebelumnya,” ujarnya.
Tradisi Baru Bertentangan Syariat
Firly menuturkan, kalau mau meniru sahabat Nabi dengan paling tepat, kita ucapkan doa sekaligus ucapan panjang itu. Tapi kalau kepanjangan, bisa juga meringkas dengan ucapan populer yang sudah lengkap struktur kalimatnya, “Taqabbaalallahu minna waminkum“. Bukan dengan “Minal aidin wal faizin“.
Dia juga mengungkap, ucapan itu tak ada hubungannya dengan ucapan “Mohon maaf lahir dan batin” seperti yang biasa tercantum di media sosial. “Itulah uniknya orang Islam di Indonesia, malah membuat tradisi baru yang salah kaprah,” tambahnya.
Karena menyangkut budaya, dia menegaskan sebenarnya selama mengandung kebaikan dan tidak bertentangan syariat, boleh dilakukan. Sayangnya, ucapan itu tidak populer di kalangan sahabat Nabi.
Pada kitab Fathul Bari halaman 446 karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani tertulis, “Telah sampai kepada kami riwayat dengan sanad yang hasan dari Jubai bin Nufair. Ia berkata: ‘Jika para sahabat Rasulullah saling bertemu di hari raya, sebagaimana mengucapkan kepada sebagian lainnya: Taqabbaalallahu minna waminkum‘.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni