Blog
Begini Cara Memahami Hasil Psikotes yang Utuh
- April 21, 2022
- Posted by: admin
- Category: News

Begini Cara Memahami Hasil Psikotes yang Utuh, Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik (Berlian School) bekerja sama dengan Pusat Layanan Psikologi dan Konseling (PLPK) Smamio mengadakan sosialisasi hasil psikotes, Sabtu (16/4/22). Kegiatan ini berlangsung seiring konsultasi hasil belajar siswa usai Penilaian Tengah Semester 2.
Sosialisasi ini bagian dari tindak lanjut paket pelayanan psikotes bersama PLPK. Di mana, pada bulan sebelumnya telah berlangsung psikotes dalam dua gelombang untuk siswa kelas IV.
Di Aula Berlian, Direktur PLPK Ika Famila Sari SPsi menjelaskan, sosialisasi digelar agar wali siswa memiliki pemahaman yang utuh terhadap laporan hasil pemeriksaan psikologi (psikotes). Harapannya, wali siswa tidak sekadar melihat skor kecerdasan intelegensi (IQ) anak yang tercantum di halaman pertama, tapi juga paham maknanya.
Pemetaan Potensi
Selain itu, wali siswa juga diajak memahami bagian kekuatan dan kelemahan siswa pada beberapa aspek yang terekam. “Memetakan potensi yang dimiliki ananda, sehingga bisa mengetahui potensi (kekuatan) mana yang perlu lebih fokus dioptimalkan,” tambah Ika—panggilan akrabnya.
Sedangkan untuk sekolah, lanjut Ika, hasil psikotes bisa menjadi ladang informasi kondisi pemetaan potensi siswa dan menyiapkan program tindak lanjutnya. Mengingat, psikotes bukan hanya bicara soal kemampuan intelegensi saja.
“Sekolah bisa membuat program yang bisa disesuaikan dengan potensi siswa. Untuk anak yang IQ tinggi bagaimana, IQ rata-rata bagaimana. Yang kurang berpotensi dalam akademik berarti perlu digali potensi lainnya,” tuturnya.
Validitas
Ika menyatakan, psikotes telah disajikan secara terstandar, sampai pada ukuran dan jenis kertas maupun pensil yang digunakan. Demikian pula dengan tester yang terlibat, semua berlatar belakang Psikologi.
Artinya, pihaknya sangat memperhatikan standar administrasi psikotes agar hasilnya benar-benar valid. “Valid berarti angka IQ yang tercetak di sana benar-benar menggambarkan kemampuan siswa,” terangnya.
Kemudian, dia memaparkan, kondisi anak pada saat pelaksanaan psikotes juga akan berpengaruh pada hasilnya. Seperti anak ternyata sedang sakit, belum sarapan, bad mood karena bertengkar dengan adik, dan lain sebagainya.
“Apabila kondisi-kondisi ini terjadi dan hasil yang didapatkan jelek sekali atau kurang sesuai dengan keseharian ananda di sekolah, maka bisa jadi hasilnya memang belum menggambarkan kemampuan ananda yang sesungguhnya,” terangnya.

Tes Skolastik
Ika mengungkap, biasanya tingkat intelegensi dikaitkan dengan harga mati nilai yang siswa peroleh di sekolah. Dia lantas meluruskan, “Padahal kalau kita melakukan tes intelegensi, yang diukur adalah kecerdasan skolastik.”
Dia menerangkan, kecerdasan skolastik berkaitan dengan kemampuan yang dibutuhkan anak untuk bisa mengikuti pembelajaran di sekolah. Seperti mengingat, berhitung, memahami informasi, dan lainnya.
“Kalau IQ-nya kurang, misal di bawah rata-rata, bukan berarti dia tidak bisa apa-apa, karena sesungguhnya banyak kecerdasan lain yang tidak selalu bisa diukur dengan tes intelegensi!” tegasnya.
IQ dan Prestasi
Ika juga meluruskan anggapan yang beredar bahwa IQ berbanding lurus dengan prestasi. Kenyataannya, tak jarang dia menemukan anak dengan tingkat IQ tertinggi di sekolah, tapi justru nilai-nilai pelajarannya tergolong rendah.
Penyebabnya, meskipun anak itu cerdas, tapi ternyata tidak punya motivasi belajar atau stimulasinya kurang. Mungkin karena di rumah orangtuanya sibuk atau mengalami masalah lain yang sampai memerlukan bantuan psikolog.
Maka, Ika menegaskan, untuk memaksimalkan IQ yang anak miliki, orangtua maupun guru perlu mengimbangi dengan stimulasi pembelajaran yang tepat dan motivasi (dorongan) belajar yang cukup. “Karena anak sudah punya kapasitas intelegensi,” imbuhnya.
Selain itu, dalam pemaparannya, Ika juga meluruskan beragam mitos lainnya terkait intelegensi dan membagikan cara-cara mengoptimalkan kapasitas intelegensi anak. Usai sosialisasi, wali siswa Berlian School juga mendapat kesempatan konsultasi secara individu dengan tiga tenaga Psikologi PLPK terkait hasil-hasil psikotes yang lebih mendalam. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni