Blog
Resep Dua Siswa Berlian Juara di Olimpiade Nasional
- March 4, 2022
- Posted by: admin
- Category: News

Resep Dua Siswa Berlian Juara di Olimpiade Nasional, laporan Sayyidah Nuriyah, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Ahad (27/2/22) pukul 05.45 WIB, dua siswa kelas IV SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik (Berlian School) hadir di sekolah. Pada hari libur itu mereka kompak berseragam merah-putih rapi.
Adalah Zulfikar Akbar Putranto dan Nurul Azhariyah Fitriyani yang bersiap ikut babak semifinal—dan berlanjut final, bahkan meraih juara—Kompetisi MTs Amanatul Ummah (Kisah) 2022. Lokasinya di Institut KH Abdul Chalim Pacet, Mojokerto.
Zulfikar dan Zahra—sapaan akrab mereka—berangkat dengan pendampingan masing-masing pembina. Yaitu Devi Ratna Savitri SPd dan Mahzumah SPdI.
Saat itu, tidak terlintas di benak mereka akan meraih poin tertinggi dan membawa pulang piala. Nyatanya, Zahra meraih juara I Olimpiade PAI dengan 780 poin, sedangkan Zulfikar meraih juara II Olimpiade Bahasa Inggris dengan 380 poin.
Resep Juara
Kepada PWMU.CO, Erisanila Angestining—ibu Zulfikar—mengungkap resep latihan persiapan lomba saat di rumah. “Untuk latihan, saya kasih tanya jawab. Jadi beberapa hari sebelumnya dari siang sampai malam conversation (percakapan) wajib pakai bahasa Inggris,” terangnya.
Ibu dua anak yang mengaku tidak pandai berbahasa Inggris itu menilai justru dirinya lebih banyak belajar dari Zulfikar. Kemahiran Zulfikar berbahasa Inggris tak lepas dari peran Dimas Prasetya Putranto, sang ayah.
“Ayahnya Zulfikar pandai bahasa Inggris karena tempat kerjanya berhubungan langsung dengan orang asing. Jadi kalau ada (pelafalan Zulfikar) yang salah biasanya ayahnya membetulkan,” ujarnya.
Selain itu, Zulfikar sejak kecil memang terbiasa dan suka nonton video dan tayangan televisi berbahasa asing. Dampaknya, Zulfikar sering mengobrol dalam bahasa Inggris kepada adik dan sepupunya.
Resep juara Zahra berbeda. Kata ibunya, Mariyatul Qibtiyah, Zahra tekun membaca buku-buku al-Islam ketika di rumah. Hal ini terbukti dengan kemampuan Zahra mengerjakan soal-soal pilihan dari pembinanya: Zumah dan Hariyadi.
“Hari pertama dan kedua saya kasih 50 soal. Dibabat habis sama Zahra! Hari ketiga saya kasih 75 soal pilihan ganda dijawab semua, cuma salah 2. Hari keempat saya kasih 30 soal uraian, benar semua. Zahra memang pintar dan nurut banget,” ujar Zumah.

Semangat Ibu
Keberhasilan mereka juga berkat semangat dari ibunya. Berawal saat mendengar kabar bahagia Zulfikar meraih juara, ibu dua anak itu mengatakan bangga sekaligus merasa bersalah. Sebab, malam sebelumnya, Zulfikar baru beranjak tidur pukul 01.00 WIB.
Ceritanya, mereka sekeluarga habis berkunjung ke rumah kakek di Surabaya. Sayang kunci rumahnya tertinggal di sana. Alhasil, mereka baru bisa masuk rumah setalah dini hari.
“Saya minta maaf dan kasih semangat ke Zulfikar, yang penting percaya diri sendiri dan yakin bisa!” pesannya sebelum berangkat sambil mendoakan.
“Kasihan, kurang tidur. Setengah 6 pagi sudah ke sekolah. Selepas lomba saya pijitin,” kenangnya.
Di sisi lain, dia bersyukur Zulfikar punya fisik yang kuat dan sehat. Selama ini anak sulungnya memang rutin minum madu dan vitamin. “Alhamdulillah lelahnya terbayar,” ucapnya.
Devi, sang pembina, membenarkan Zulfikar mengganti waktu tidurnya di sepanjang perjalanan maupun waktu luang di lokasi lomba. “Waktu perjalanan berangkat, 45 menit menjelang semifinal, ketika menunggu pengumuman lomba, juga saat perjalanan pulang,” ungkapnya mengingat berbagai kesempatan yang Zulfikar manfaatkan untuk tidur.
Lain halnya dengan Zahra. Ketika perempuan yang hobi membaca kisah Muhammad SAW itu sambat capek latihan gegara belajar terus, Ria—sapaan bundanya—memotivasi, “Kalau kakak menang, kakak juga yg senang. Justru dengan kakak ikut lomba pengetahuan kakak tambah banyak.”
Bukan Lomba Pertama
Bagi Zulfikar maupun Zahra, ini bukan pengalaman lomba pertama yang mereka ikuti. Ketika ditanya, mereka mengaku tidak gugup selama menjalani proses lomba. Justru, Devi dan Zumah yang gugup karena siswanya harus berjuang di Babak Final yang terdiri dari tiga babak.
Babak Final hanya diikuti lima peserta yang lolos babak semifinal. Babak pertama, peserta menghadapi tiga pertanyaan wajib, di mana setiap pertanyaan terbatas waktu 30 detik. Babak kedua ‘Siapa Cepat Dia Dapat’. Peserta berebut menjawab 10 pertanyaan yang dilontarkan panitia. Babak terakhir, pertaruhan skor.
Sebelumnya, Zulfikar pernah ikut kompetisi serupa yang digelar Rumah Pintar. Karena waktu itu baru pertama kali, waktunya banyak terbuang lama ketika mengisi data diri. Maka dia jadikan ini sebagai pelajaran untuk bekal lomba selanjutnya.
Begitupula dengan Zahra. Sebelumnya, dia memang langganan juara lomba-lomba internal sekolah. Di antaranya, juara I lomba pidato tentang Palestina, juara I lomba orasi Kemerdekaan, juara V hafalan doa, dan juara VI matematika.
Ibunya memang sangat mendukung Zahra mencoba lomba di berbagai bidang untuk menggali bakat terpendamnya. Apalagi, kata ibunya, Zahra mulai mandiri dalam belajar sejak kelas IV. Berdasarkan pengakuan Zahra, dia memang lebih mudah memahami pelajaran al-Islam dan Bahasa Arab.

Apresiasi Pembina
Kepada Devi dan Berlian School, ibu Zulfikar mengucap terima kasih dan rasa syukur. “Kami sangat bahagia, bersyukur sekali karena ustadz-ustadzah juga Alhamdulillah memberi perhatian, semangat luar biasa, dan andil untuk Zulfikar!”
Begitupula dengan ibu Zahra yang merasa terharu. Dia mendapat cerita permohonan Zahra dari pembinanya, “Jangan bilang mama dulu ya ustadzah, aku pengin kasih kejutan ke mama!”
“Ini semua juga tak lepas dari bimbingan dan motivasi dari Ustadz Hariyadi dan Ustadzah Zumah,” imbuhnya.
Devi dan Zumah bersyukur bisa berproses dan belajar bersama kedua siswa cerdas itu. Kemudian, kesempatan membina hingga hari H Babak Semifinal dan Final tersebut juga memberi penyegaran tersendiri.
“View perjalanan bagus banget!” seru Devi dan Zumah mengenang perjalanan akhir pekannya.
Mereka tiba di sana jam 07.10 WIB. Masih sepi. “Lebih cepat dari perkiraan. Kita kira perjalanan dua jam, ternyata cuma satu jam soalnya lewat jalan tol Krian,” terang Zumah.
Beruntung ada taman indah di area pondok putri yang hanya bisa dimasuki perempuan saja. Maka, kata Devi, mereka sempatkan berkunjung sebelum mengulas latihan tanya-jawab soal pilihan yang mungkin akan ditanyakan saat lomba.
Devi bersyukur, tugas perjalanan itu berbonus healing dengan pemandangan yang indah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni