
PWMU.CO – Kisah Penimba Air dalam Munaqasah Berlian School. SD Muhammadiyah 2 GKB (BerlianSchool) Gresik melaksanakan Munaqasah Tahsin Internal, Sabtu (27/11/21). Kegiatan yang dilaksanakan secara internal itu diikuti oleh 139 siswa. Terdiri dari seluruh siswa kelas V yakni 103 orang dan sisanya sebagian kelas VI.
Menurut Ketua Pelaksana Munaqasah Tahsin, Hayyinatin SPdI, Munaqasah Tahsin Internal ini diselenggarakan sebagai sarana latihan dan pemantapan bagi siswa. “Setelah ini akan ada Munaqasah Tahsin Eksternal. Sehingga ini menjadi wadah untuk latihan, memantapkan diri, dan mengetahui bagian-bagian yang harus diperbaiki,” ujar Ina —panggilan akrab Hayyinatin.
Dibuka dengan Kisah Penimba Air
Sebelum kegiatan dimulai, ada sesi nasihat yang disampaikan oleh Farikhah SPd, Wakil Kepala Sekolah Bidang Pengembangan Pendidikan. Dalam sesi tersebut Fafa —panggilan akrbanya—mengisahkan seorang penimba dan kakeknya.
“Suatu hari tinggalah seorang pemuda bersama kakeknya. Ia diberi tugas oleh kakeknya untuk menimba air. Namun, jarak yang harus ditempuh tidaklah dekat,” kisahnya.
Fafa kemudian melanjutkan ceritanya yang disimak dengan seksama oleh siswa. “Ditambah dengan kondisi timba yang berlubang, lambat laun pemuda itu merasa lelah. Dan sudah bosan untuk menimba air. Kemudian ia memberanikan diri menyampaikan kepada kakeknya,” lanjutnya.
“Kek, besok aku tidak mau lagi menimba air,” ujar sang cucu.
“Kenapa begitu?”
“Untuk apa aku menimba air dan menempuh jarak yang jauh, timba yang kugunakan saja berlubang. Itu hanya akan membuatku lelah, setelah berjalan jauh aku tidak mendapatkan banyak air,” gerutu pemuda itu.
“Baiklah, kalau begitu tolong sekali lagi kamu menimba air. Dan perhatikan apa yang berbeda dari timba yang kamu gunakan untuk mengambil air dari dalam sumur dan juga jalanan yang kamu lalui,” ujar kakek.
“Setuju, tetapi jika aku tidak mendapati apapun setelah memperhatikan timba dan jalan yang kulalui berarti itu menjadi tugas menimba air yang terakhir bagiku ya,” kata pemuda.
“Ya,” jawab kakek.
Selanjutnya Fafa bertanya kepada peserta munaqasaah, kira-kira bagaimana kelanjutan kisah pemuda dan kakeknya itu. Dan muncul banyak jawaban.

Kebermanfaatan yang Tak Terduga
Sepulang dari menimba air, pemuda itu lantas bercerita kepada sang kakek.
“Kek, tidak ada yang berbeda kecuali jalan yang kulalui dulu gersang, tetapi sekarang sudah tumbuh bunga di sepanjang jalan,” ceritanya.
“Satu hal lagi, apa kau memperhatikan timba yang kau gunakan mengambil air dari dalam sumur?” tanya kakek.
“Tidak ada yang berubah dari itu, sama saja,” sahutnya.
“Sebelum kau gunakan mengambil air, timba itu penuh lumur dan kotor. Sekarang bagaimana kondisinya?” tanya kakek.
“Oh iya, sekarang bersih kek,” jawabnya.
“Itulah, kadang apa yang kita lakukan begitu saja membuat kita melewatkan manfaat apa akibatnya. Tidak terasa dari usahamu itu bukan hanya mendapatkan air tetapi juga tumbuh bunga di sepanjang jalan, dan juga bersihnya timba di sumur,” terang kakek.
“Pemuda itu lalu sejenak merenungkan apa yang disampaikan kakeknya,” cerita Fafa.
Dia menjelaskan, sama halnya dengan yang dijalani anak-anak saat ini. Boleh jadi ada rasa lelah, bosan, dan bahkan merasa cukup saat belajar.
“Tetapi semua usaha-usaha yang dilakukan tidak akan sia-sia. Akan ada hasil dan kebaikan-kebaikan yang menyertainya,” Fafa melanjutkan dengan menyampaikan pelajaran berharga dari kisah pemuda dan kakeknya.
Bemain Puzzle sambil Menunggu Giliran
Setalah mendapatkan nasihat dan memahami hikmah dari kisah pemuda dan kakeknya, seluruh peserta munaqasah bersiap untuk menunggu giliran. Masing-masing siswa dipanggil secara berurutan. Mereka dibagi menjadi tujuh ruang.
Selama menunggu, peserta berlatih bersama membaca Kitab Tajwied. Tampak seluruh peserta mengikuti dengan seksama, karena mengaku cemas saat hendak mengikuti munaqsaah.
Saat Wali Kelas VI Fuji Hariyadi MPd bertanya kepada mereka, adakah yang grogi. Hampir setengah dari peserta mengangkat tangan. Kemudian sembari menunggu giliran, peserta diajak untuk bermain puzzle tentang surat al-Lail.
Satu persatu peserta mengikuti ujian, sambil tetap melanjutkan menyusun puzzle. Berakhir tepat waktu, kegiatan munaqasah berjalan dengan lancar dan ditutup dengan simpulan untuk memberi semangat kepada peserta. (*)
Penulis Fatma Hajar Islamiyah Editor Mohammad Nurfatoni